Please Give Me BackLink If You Want To Copy http://www.prince91.com/2011/08/tutorial-untuk-blog-letak-facebook.html#ixzz1Y7eWtKs2 Under Creative Commons License: Attribution

Khamis, 14 Julai 2011

ulama/umara/islam


Rupa-rupanya masyarakat kita telah 'berani' menghalalkan segala cara, atau mengambil jalan pintas meski harus menabarak syari'at agama, asal terpenuhi keinginannya. Penyakit masyarakat modern ini ternyata telah menghinggapi siapa saja yang hatinya kering dari guyuran basah dzikrullah.

Akhirnya peran ulama sebagai agen moral, dalam kehidupan sosial hanya sebatas 'ban serep', 'slender', atau sekadar lembaga yang melegalkan apa-apa yang dimaui oleh penguasa. Kita semua layak mohon ampun kepada Allah, bila mengingat adzab Allah sangatlah pedih. Kita mestinya ingat, Allah melarang di antara kita untuk saling memperalat karena kepentingan duniawiyah. Perbuatan ini sama dengan makar kepada Allah.

Kita dapat melihat betapa permisifnya ummat Islam dengan budaya-budaya dan tradisi-tradisi yang jelas-jelas bertentangan dengan syari'at-Nya. Hingga tak berlebihan bila dikatakan sekarang ini banyak manusia yang bernapas tapi hakekatnya mereka mati. Karena peran mereka dalam menjamin kelangsungan kehidupan yang sesuai dengan syari'at Allah telah berkurang hingga titik yang kritis.

Realitas di atas patut membuat kita prihatin. Fenomena ini mesti digarap secepatnya. Inilah tugas dakwah kita yang berat, yang dapat disebut dengan 'mengislamkan orang Islam' tanpa mengabaikan kewajiban memberikan warna simpatik kepada seluruh ummat manusia. Menggarap golongan 'Islam KTP' ini sangatlah berat, karena selain mereka sudah merasa 'bisa' dan 'baik', juga rasa gengsinya sudah cukup tinggi.

Tanpa mengingkari kewajiban untuk melakukan penggusuran terhadap kemungkaran, sebagaimana hakekat dakwah yang 'amar ma'ruf nahi mungkar, kerjasama semua pihak untuk mengantarkan ummat Islam menjadi lebih baik sangatlah perlu. Terutama kalangan-kalangan yang berkompenten, misalnya kaum ulama dan umara. Kerjasama keduanya saat ini sudah biasa dilakukan, tetapi perlu dicermati lagi, apakah sasarannya sudah tepat dan tercapai atau belum.

Bila kerjasama itu belum efektif --misalnya karena yang terjadi hanya saling memanfaatkan-- maka yang dirugikan adalah ummat Islam. Akibatnya dekadensi akidah bukan berkurang tetapi justru berkembang. Padahal seharusnya, dengan semakin 'akrab'-nya ulama dengan umara kemungkaran dapat ditekan seminimal mungkin. Sementara sampai hari ini, masyarakat Islam masih dengan tidak sadarnya menghabiskan waktunya dengan segala kegiatan yang cenderung mubadzir. Sebagaimana kita tahu bahwa perbuatan mubadzir adalah perbuatan kawannya syetan.

Karenanya tak perlu terlalu mudah kita memberikan gelar 'ulama', 'kiai', atau 'ustadz' kepada seseorang; lantaran seseorang itu sudah pandai berceramah atau berkhutbah. Sebutan-sebutan tersebut di atas mempunyai tanggung jawab moral, keilmuan, dan kemandirian. Sebagaimana Nabi telah me-nubuwah-kan dengan sabdanya, "Ulama itu pewaris para nabi". Harus dipahami bahwa tugas kenabian adalah membawa misi keakhiratan. Bagi seorang pewaris nabi hidup mereka lebih terarahkan untuk memenuhi kepentingan akhirat, ketimbang dunianya.

Untuk itu marilah kita meneladani Allah melalui asma-asma-Nya, sebagaimana telah diperintahkan oleh Rasulullah saw kepada ummatnya agar 'berakhlak dengan akhlak Tuhan'. Tentunya selaras dengan statusnya sebagai makhluk Allah yang tugas utamanya melakukan penghambaan, liya'buduun.

(Allahu laa ilaaha illa Huwa) "Allah tidak ada sesembahan melainkan Dia." Adalah merupakan kalimat tauhid yang merupakan pijakan dasar kita dalam rangka menghasilkan 'buah-buah' yang bermanfaat dalam kehidupan.

Kalimat tauhid tersebut laksana matahari yang mampu memberikan energi dalam kehidupan jiwa seorang manusia. Kekuatannya merupakan cahaya dahsyat yang mampu menembus segala ruang dan waktu. Sekali saja ia tidak hadir dalam kehidupan ini dunia akan mengalami kehancurannya. Itu sama halnya, bila dalam kehidupan seorang manusia tidak memiliki kekuatan 'laa ilaha illallah', maka jiwa orang tersebut akan hancur yang berakibat sangat mengerikan. Oleh sebab itu, Allah menegaskan kepada seluruh ummat manusia agar tidak mengingkari-Nya.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Dan Dia mengampuni dosa selain syirik itu bagi siapa yang dikendaki-Nya" (QS.4:116).

Untuk terealisasinya nilai-nilai tauhid dalam kehidupan seorang manusia dibutuhkan adanya tulusnya niat, bersihnya pikiran, dan sucinya jiwa seorang hamba. Dari tiga faktor ber-tauhid inilah keimanan seseorang akan berbuah yang bermanfaat dalam kehidupannya, bagi dirinya sendiri dan masyarakat lingkungannya.

Al-Hayyu, kehidupan-Nya adalah kekal sepanjang masa. Dari sifat al-hayyu-Nya itulah Dia kuasa untuk menghidupkan dan mematikan segala isi jagad, termasuk ummat manusia. Dari sifat al-hayyu itulah, seorang manusia dituntut untuk dapat memberi kesempatan hidup kepada orang lain dan memelihara kehidupannya yang selaras dengan syari'at Allah. Inilah maksud pepatah, "Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Sedangkan manusia mati meninggalkan nama." Inilah hakekat manusia yang hidup dengan sifat al-hayyu, Allah.

Dalam ajaran Islam hidup di dunia adalah sebuah perjuangan, sedangkan hidup yang hakiki adalah kehidupan akhirat. Karena hakekatnya kehidupan di dunia merupakan kehidupan yang sesaat, laksana seseorang yang mampir minum saja. Kita-kita ini merupakan musafir, dunia ini adalah sebuah pos yang akan kita lewati dan pasti akan kita tinggalkan, dalam rangka untuk melanjutkan ke perjalanan yang sebenarnya, yakni negeri akhirat.

Dari cara pandang inilah seorang mukmin yang benar-benar muslim, tidak akan terjebak dalam siklus kehidupan duniawiyah yang seringkali memabukkannya. Ajaran al-aakhiratu khairul laka minal ulaa, "negeri akhirat itulah seutama-utama masa depanmu," benar-benar dipahaminya sebagai suatu realitas kehidupan yang pasti terjadi dan yang sangat didambakan olehnya.

Sungguh sangat indah ajaran Islam tersebut di atas, inilah sebenar-benarnya falsafah hidup bagi seorang manusia. Sebuah ajaran yang mengajarkan segenap problematika kehidupan yang menerobos jauh ke depan, yang tidak hanya dibatasi oleh rentang waktu dan sekat ruang atmosfir dunia. Ini berbeda dengan pandangan hidup kebanyakan orang-orang moderen sekarang ini, yang memahami kehidupannya hanya sebatas kehidupan di dunia. Memang secara fantastis kemajuan dapat direngkuhnya. Tapi tak jarang masyarakatnya tidak mempunyai pedoman hidup dan kehilangan arah. Sehingga akhir-akhir ini banyak dijumpai perilaku a-moral dan a-sosial yang tumbuh menggejala dan sangat memprihatinkan itu.

Al-Qayyuum, Dia secara mudawwamah dan istiqamah melayani seluruh kebutuhan makhluk-makhluk-Nya. Allah tak membiarkan alam universum dan seluruh penghuninya berjalan sendiri, tanpa adanya pengaturan dan pembinaan dari-Nya. Hal ini telah ditegaskan oleh- Nya: "Semua yang ada di langit dan di bumi selalu bermohon kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan" (QS.55: 29).

'Kesibukan Allah' adalah untuk memenuhi permohonan dan kebutuhan seluruh makhluk-Nya. Mulai dari ummat manusia hingga hewan terkecil yang bersel satu. Semua telah tersantuni dan disantuni-Nya tidak ada yang kelewatan satu pun. Semua berjalan selaras dengan sunnatullah dalam rangka menuju tatanan penciptaan-Nya.

Oleh sebab itu, penyelewengan terhadap sunnatullah akan membawa akibat yang fatal bagi penyelewengnya. Disebabkan Allah akan 'turun tangan' untuk meluruskan sunnatullah agar tetap sejalan dengan tujuan penciptaan-Nya, dengan segala qayyumiyat-Nya. Inilah bentuk keseriusan Allah terhadap seluruh makhluk-Nya.

Dari fenomena ini marilah kita melakukan muhassabah (introspeksi) terhadap diri sendiri, bagaimana dengan kesibukan diri kita, kesibukan para pejabat kita, dan bagaimana dengan kesibukan para ulama, cendekiawan, dan intelektual kita? Sudah meratakah apa yang mereka kerjakan untuk manusia-manusia yang lainnya? Atau sebaliknya, tidakkah mereka telah mendholomi dirinya sendiri?

Laa ta'khudzuhuu sinatun wa laa naum, Allah itu tidak pernah kantuk dan tidur sampai kapanpun. Dapat dibayangkan, bila Allah kantuk sesaat, apa yang terjadi. Dunia ini akan hancur binasa dan seluruh kebutuhan makhluk-Nya akan terabaikan.

Dengan meneladani sifat-sifat Allah tersebut di atas, dan memahami segala fenomena sosial yang akhir-akhir ini sedang berkembang. Akan mampu menuntun kita dalam membangun kekuatan spiritual dan intelektual, sebagai seorang mukmin yang muslim.

Bila ingin melaksanakan ajaran Islam dengan baik, disamping dengan meneladani Allah. Miralah dengan sekuat tenaga kita mengurus makhluk-makhluk Allah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kita harus menyibukkan diri ini, jangan sampai ada waktu yang terluang sedetik pun.

Tidaklah salah, bila kantuk dan tidur. Tapi, memohonlah kekuatan dari Allah untuk dapat mengurangi sedikit waktu tidurnya dalam rangka melakukan pelayanan untuk masyarakatnya, sebagaikhadimul ummah. Sekali lagi, kita memohon kesehatan kepada Allah agar dapat menahan rasa kantuk, demi pelayanan untuk kaum mustadha'afin. Inilah sebuah kepercayaan, yang sekaligus sebuah amanah. Laa khaula wa laa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhiim.

1 ulasan:

  1. Hmm..kalau benar2 ikhlas demi agama kan bagus..bukan macam yang suka kaut untung je tahunya..

    Bila tegur..mulalah melenting...

    BalasPadam